Yuk! Kenali Perbedaan Gejala Corona vs Reaksi Psikosomatik


Tahukah kamu, kalau disaat-saat seperti ini ~ setiap kita menjadi cukup rentan untuk mengalami Reaksi Psikosomatik yang mungkin timbul akibat rasa cemas yang berlebih? Yap, beberapa diantara kita mungkin akan mengeluhkan rasa gatal di tenggorokan atau suara yang menjadi sedikit lebih serak, sekalipun sebetulnya kita sedang tidak dalam keadaan flu atau batuk. Sebagian lainnya, bisa jadi akan mengeluhkan rasa meriang atau panas dingin sekalipun suhu tubuhnya sebetulnya masih berada dalam range suhu tubuh normal manusia, yakni dikisaran 36,5° C - 37,2° C. Bahkan sebagian lagi, bisa jadi akan mengeluhkan rasa mual, sekalipun sebelumnya ia tidak pernah memiliki riwayat penyakit asam lambung atau GERD.

Lantas, normalkah hal itu?

Yap ~ hal itu normal, bahkan amat wajar untuk dialami oleh setiap kita disaat-saat sulit seperti sekarang ini. Karena pemberitaan yang dilakukan secara terus-menerus oleh berbagai media massa ~ baik itu media online maupun media konvensional, khususnya terkait gejala dan bahaya penularan Virus Corona, tanpa sadar akan turut meng-aktifkan Amygdala atau pusat rasa cemas didalam tubuh kita. Dan hal inilah, yang kemudian akan mendorong kita untuk memikirkan hal itu secara terus menerus, hingga sistem saraf otonom didalam tubuh kita turut bekerja. Bahkan bekerja terlalu too much. Hingga akhirnya, menimbulkan ketidakseimbangan yang justru memicu terjadinya Reaksi Psikosomatik ~ yang dapat menyebabkan beragam penyakit atau gangguan pada fungsi tubuh kita.

So, jika ada diantara kamu yang merasa mengalami salah satu atau beberapa gejala corona setelah membaca berita, broadcast maupun postingan terkait bahaya penyebaran virus corona di berbagai platform media sosial. Kamu amat dianjurkan untuk menenangkan dirimu terlebih dahulu, sebelum memutuskan untuk memeriksakan diri dan menjalani rapid test atau PCR. Karena bisa jadi, yang kamu alami itu bukanlah gejala corona melainkan sebuah Reaksi Psikosomatik yang dapat hilang begitu saja, saat pikiranmu mulai ter "distract" ke berbagai hal yang lain.

Mengatasi Reaksi Psikosomatik


Nah, buat kamu yang merasa sedang mengalami berbagai Reaksi Psikosomatik diatas, ada beberapa saran yang bisa kamu coba untuk mengatasi hal tersebut.

1. Alihkan pikiranmu ke hal-hal lain yang paling kamu sukai. Is it working? yes, off course. FYI, saya termasuk orang yang cukup rajin memeriksakan kesehatan mental dan mengunjungi psikiater setiap 6 bulan sekali. Dan salah satu hal umum yang akan dianjurkan psikiater saat kamu mengeluhkan rasa cemas atau khawatir adalah dengan mengalihkan pikiranmu ke berbagai hal lain yang paling kamu sukai. Misal, kalau kamu suka nyanyi, silahkan pakai headphone-mu dan nyanyikan lagu-lagu yang paling kamu sukai sekeras mungkin until you feel better dan mampu mengurangi rasa cemas tadi.

2. Kurangi atau bahkan batasi informasi/berita yang ingin kamu lihat atau dengar. Why? karena apa yang kamu lihat akan turut menentukan respon yang akan kamu berikan. Kalau yang kamu lihat atau dengar terkesan cukup menakutkan maka silahkan close browser-mu, matikan TV-mu, atau turn off gadget-mu, supaya hal itu tidak berimplikasi negatif pada respon yang akan kamu berikan. Dan perbanyaklah aktivitas positif lain selama masa-masa karantina atau isolasi mandiri kita dirumah.

3. Dan terakhir, untuk memastikan bahwa dirimu memang betul-betul sehat dan tidak terinfeksi virus corona. Kamu bisa melakukan Tes Resiko secara online dan gratis melalui aplikasi Halodoc atau melalui tautan berikut: https://www.halodoc.com/tanya-jawab-seputar-virus-corona/


Trusted kah? Sure! Karena tes resiko ini adalah hasil kerjasama antara Halodoc dengan Kementrian Kesehatan RI. Dan buat kamu yang mungkin belum pernah mendenger tentang Halodoc sama sekali. Halodoc merupakan aplikasi konsultasi dokter No. 1 di Indonesia. Dimana ribuan dokter dari berbagai bidang spesialisasi telah bergabung, untuk ikut membantu menjawab setiap keluhan atau masalah kesehatan yang mungkin sedang kamu alami saat ini. Kehadiran Halodoc sendiri turut berperan untuk menjembatani akses layanan kesehatan yang sedang terhambat akibat pandemi corona. Jadi, buat kamu yang tinggal di zona merah/daerah-daerah terdampak yang telah memberlakukan PSBB namun punya masalah kesehatan yang ingin dikonsultasikan, kamu bisa mengkonsultasikannya lewat Halodoc. Konsultasinya sendiri bisa kamu lakukan lewat chat, voice, maupun video call.

So, dari pada terburu-buru untuk memeriksakan diri kerumah sakit, dan menjalani berbagai tes medis dengan harga yang tidak murah, tentu alangkah jauh lebih bijak untuk menenangkan diri terlebih dahulu sambil mengikuti tes resiko dengan durasi yang cukup singkat ini.

Minimal, hal itu akan membantumu untuk terhindar dari rasa khawatir yang tidak beralasan. Terutama, setelah kamu mendapati dirimu berada dalam Kategori Risiko Rendah.

Gejala Corona vs Reaksi Psikosomatik


Nah, setelah tahu apa itu Reaksi Psikosomatik, mari kita coba bandingkan dengan gejala corona yang dianggap paling umum dan paling sering terjadi. Apa aja sih?

1. Demam dengan suhu tubuh diatas 38° C
2. Batuk kering
3. Sesak Nafas

Masalahnya ~ dalam beberapa kasus,  infeksi corona justru terdeteksi tanpa gejala sama sekali. Terutama pada mereka yang memiliki daya tahan tubuh yang cukup kuat. So, alih-alih takut tertular. Sebetulnya, diri kita sendiripun amat mungkin untuk menularkan. Maka disinilah, kita perlu mengubah cara berpikir kita.

1. Se-sehat apapun kamu, tetap ikuti anjuran pemerintah untuk mengenakan masker saat hendak keluar rumah. Mengenakan masker bukan berarti menunjukkan bahwa kamu takut tertular. Sebaliknya, hal ini justru menunjukkan kepedulianmu terhadap orang-orang disekitarmu. Agar jangan sampai ada satu orang pun yang justru tertular dari diri kita (yang bisa saja terinfeksi tanpa gejala sama sekali).

2. Ikuti himbauan isolasi mandiri dan PSBB yang telah diumumkan, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Karena hal ini memang dirancang pemerintah untuk memperlambat penyebaran virus corona. Jangan nekad Jogging/bersepeda misalnya, karena sekalipun cukup aman untuk melakukannya dengan menggunakan masker. Namun hal ini dapat membuat orang lain berpikir untuk melakukan hal serupa. Maka, bayangkan bagaimana kalau jumlah orang yang lari pagi atau bersepeda dengan memakai masker justru terus bertambah setiap harinya? Yap, bisa dipastikan penerapan PSBB didaerahmu justru akan gagal karena ego yang sebetulnya bisa diredam itu

3. Buat kamu yang masih harus bekerja ~ sesampainya dirumah, biasakan untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh apapun. Jika memungkinkan, segeralah mandi dan cuci baju yang telah kamu kenakan tadi. Beritahukan juga kepada orang rumah, untuk selalu mengepel lantai dengan menggunakan karbol, dan mencipratkan sisanya disekitar rumah. Minimal dengan melakukan hal tersebut, kamu sudah berusaha melindungi diri dan keluargamu dari ancaman virus ini.

So, sampai disini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Reaksi Psikosomatik diatas bahkan bisa tidak dirasakan sama sekali oleh para penderita Covid-19 sendiri.

Dan satu-satunya perbedaan paling mencolok antara Gejala Corona vs Reaksi Psikosomatik hanyalah dari cara penularannya saja. Yap, corona menular secara fisik, sedangkan Reaksi Psikosomatik dapat menular secara emosional dari berbagai informasi yang kita serap dan kita proses didalam otak kita.

Maka, dimasa-masa seperti sekarang ini ~ kamu dituntut untuk tidak hanya menjaga kesehatan jasmanimu saja, melainkan juga kesehatan mental/emosionalmu.

Related Posts

Load comments

Comments