BRI, Menjangkau dan Melayani Dengan Setulus Hati


Tak terasa, sudah 128 tahun BRI hadir ditengah masyarakat. Dan selama itu pula, berbagai inovasi terus dilakukan untuk menjangkau dan memberdayakan seluruh lapisan masyarakat. Khususnya mereka yang tinggal dipelosok negeri. Karena sadar atau tidak, hanya BRI lah satu-satunya bank yang memiliki kantor cabang hingga ke desa-desa dan perkampungan. BRI Untuk Indonesia, 3 kata itulah yang mungkin paling cocok untuk disematkan pada bank negara yang satu ini. 


Melayani Dengan Setulus Hati


Saya ingat, ketika pertama kali membuka tabungan BRI dulu. Ada seorang nenek yang juga hendak membuka tabungan ditemani cucu kecilnya yang mungkin masih duduk di bangku SMP. Saat itu, si nenek ini nggak bawa uang sama sekali. Jadi, menurut penuturan beliau anak-nya yang kerja di Luar Negeri ingin mengirimkan uang, tapi nggak ada satupun keluarga si nenek yang memiliki no. rekening. Itu kenapa, si nenek kemudian datang ke bank untuk minta dibuatkan no. rekening. Sudah puluhan tahun yang lalu memang, tapi saya masih ingat betul saat itu teller BRI yang didatangi si nenek akhirnya menawarkan beliau untuk membuka rekening tabungan BRI SimpeDes karena menurutnya tidak ada saldo minimum yang akan ditahan dan tidak ada biaya admin yang harus dibayarkan setiap bulannya (waktu itu lho ya, kalau sekarang ya mungkin ada sih hehe). Nah, untuk urusan setoran awal si nenek saya kurang tahu. Mungkin juga waktu itu ditalangin dulu sama mbak-mbak teller atau mas-mas satpam. Karena yang saya liat ngebantu si nenek mulai dari awal datang hingga pulang tuh ya si mas-mas satpam dan mbak-mbak teller ini. Yang pasti si nenek berhasil pulang dengan buku tabungannya. Dan sejak saat itu, bagi saya tagline BRI, "Melayani Dengan Setulus Hati" tak lagi hanya sekedar tagline, namun betul-betul dihidupi oleh seluruh karyawannya.  


Kejadian kedua, waktu saya lagi nemenin saudara untuk buka tabungan. Di BRI juga, tapi beda kantor cabang. Waktu itu, ada orang lain yang juga datang untuk membuka rekening tabungan. Cuma entah karena apa, orang ini kekeh nggak mau dibuatkan kartu ATM sama sekali. Saya inget, si mbak-mbak teller sampai lama banget ngejelasin satu persatu fungsi dari kartu ATM yang nanti bisa digunakan. Dengan maksud agar orang ini mau dibuatkan kartu ATM. Karena gratis juga kan sebetulnya. Sayangnya, penjelasan si mbak-mbak teller seakan nggak digubris sama nih orang, karena menurutnya lebih mudah setor dan tarik tunai dengan datang langsung ke bank dengan membawa buku tabungan. Dan dia juga takut transaksinya nggak tercatat kalau pakai kartu ATM. #GUBRAK!! Dalam hatiku, kan bisa minta print toh mas, kalau cuma pengen tau transaksinya apa aja. Yang pasti orang ini akhirnya memang pulang tanpa membawa kartu ATM haha. Padahal zaman itu, hampir semua orang kayanya udah pakai kartu ATM untuk tarik tunai atau transfer. Wes umum lah nek jare ibukku. Tapi bener lho, saya salut sama tellernya yang mau ngasih edukasi dan penjelasan panjang lebar, biarpun ujung-ujungnya mesti patah hati juga hehe. 




Kejadian ketiga, pas saya lagi tarik tunai disalah satu lokasi mesin ATM. Jadi, dilokasi ini ada 2 mesin ATM, satu logo BRI satu logo BNI. Dan keduanya punya logo Link. Berhubung mesin ATM yang ada logo BRI-nya lagi kehabisan saldo. Saya tahu saldonya habis karena memang ada petugas lapangan yang lagi bongkar mesin dan ngisi uang. Akhirnya saya tarik tunai pakai mesin satunya dong. Dan tepat dibelakang saya, ada ibu-ibu yang juga ingin tarik tunai tapi mendadak nggak jadi. Karena menurutnya tarik tunai hanya bisa dilakukan di mesin ATM dengan logo BRI. Kalau nggak, katanya bisa ketelen (ada-ada aja sih ibu). Si petugas BRI-nya udah sempet ngasih tahu sebetulnya, kalau pakai mesin ATM yang BNI pun sama aja. Saya bahkan sampai ngasih unjuk kartu ATM saya supaya si ibu percaya kalau saya juga nasabah BRI biarpun tarik tunai di mesin ATM yang BNI. Cuma ya, karena tampang saya mungkin kurang meyakinkan akhirnya si ibu lebih milih untuk nyari mesin ATM lain yang ada logo BRI-nya haha. Yo minimal, saya sama petugasnya udah ngasih tahu lah, keputusan tetep ada ditangan si ibu. 


Layanan dan Digitalisasi BRI untuk Masyarakat


Ada yang udah pernah tarik tunai secara cashless dengan aplikasi BRIMo? Saya pernah, dan ada kejadian menarik saat itu. Jadi waktu itu saya lupa bawa kartu ATM, tapi saya bawa hp. Dan karena mesti bayar sesuatu yang nggak bisa di scan via QRIS, akhirnya saya tarik tunai dulu secara cashless via aplikasi BRIMo. Dan mungkin karena fitur ini tergolong masuk cukup baru kali ya, jadi bapak-bapak yang dibelakang saya tuh ngeliatin aja. Mungkin heran kali ya kok bisa tarik tunai tanpa masukin kartu ATM. Dalam hatiku, loh pak wes wayahe online lho sak iki. Dan bener aja, pas saya balik badan si bapak langsung mulai meng-interograsi haha. 


Dari sini saya tahu, bahwa meskipun pihak perbankan sudah mulai mendigitalisasi semua produk dan layanannya. Namun belum semua nasabah paham atau familiar dengan berbagai produk keuangan digital yang dihadirkan. Misalnya, fitur cashless itu tadi. Dan ini yang saya salut dari BRI, karena meski disatu sisi mereka terus dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan zaman, dengan menghadirkan fitur-fitur yang bisa diakses secara online. Mereka tidak lantas meninggalkan masyarakat micro finance begitu saja. 


BRILink, hybrid bank strategy dari BRI



Adalah BRILink, layanan branchless banking yang kemudian turut dihadirkan BRI untuk menjangkau masyarakat micro finance yang berada jauh dari akses perbankan. Konsepnya adalah merangkul para Pahlawan UMKM, baik Micro maupun Ultra Mikro untuk menjadi mitra atau agen BRILink diwilayahnya masing-masing. Hybrid bank strategy begitu para pengamat ekonomi menyebutnya. Namun saya pribadi lebih suka menyebutnya sebagai, "layanan perbankan desa". Karena berkat hadirnya Agen-agen BRILink di seluruh pelosok negeri, kini masyarakat jadi jauh lebih mudah untuk mengakses semua produk keuangan tersebut tanpa terkecuali. Bahkan di hampir setiap RW dan kelurahan, kita bisa dengan mudah menemukan warung-warung atau konter-konter pulsa dengan logo BRILink. Sebuah strategi yang nampaknya tidak hanya menguntungkan bagi BRI, namun juga bagi masyarakat sekitar. Tentu, dengan kehadiran agen-agen BRILink-nya, BRI tidak lagi perlu membangun banyak kantor cabang di suatu area tertentu. Demikian pula dengan masyarakat yang kini bisa dengan mudah melakukan berbagai transaksi keuangan tanpa perlu datang ke kantor cabang terdekat. Dan sadar atau tidak, transaksi-transaksi mikro seperti inilah yang justru menjadi roda penggerak perekonomian masyarakat. Karena berbeda dengan kantor cabang yang mungkin akan tutup dihari-hari tertentu, para agen BRILink dapat tetap melayani kebutuhan masyarakat bahkan di hari libur sekalipun. 



Hingga pertengahan tahun lalu, terhitung telah ada lebih dari 600 ribu gerai agen BRILink yang tersebar dilebih dari 59 ribu desa. Dengan jumlah transaksi mencapai Rp 675,8 triliun di kuartal 1 & 2. Sebuah nilai transaksi yang tentu saja sangat membanggakan, terlebih ditengah krisis iklim yang membuat banyak negara mengalami kerugian finansial yang cukup besar. Dan bicara soal krisis iklim, BRI pun turut menyukseskan penyelenggaraan bursa karbon yang dibuka pemerintah bulan september lalu dengan meluncurkan program inisiatif ESG (Environmental, Social and Governance) yang diberi nama "BRI Menanam". Serta menyalurkan kredit senilai hampir Rp 80 triliun untuk Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL), seperti proyek renewable energy, green transportation, dan lain sejenisnya. 


Maka lagi-lagi, benar rasanya bahwa BRI lah yang selama ini nyata "Melayani Dengan Setulus Hati".


Happy Birthday yang ke-128 BRI, Jaya, jaya jaya!!! 

Related Posts

Load comments

Comments