Pernah nggak sih kamu ngerasa ngantuk berat di jam kerja, tapi begitu tiba waktunya pulang kamu mendadak jadi segar lagi? Jika pernah, kamu mungkin tengah mengalami burnout syndrome. Burnout sendiri dapat didefinisikan sebagai kondisi kelelahan baik secara fisik, emosional hingga mental yang membuat motivasi kerja seseorang terus menurun. Akibatnya kamu jadi sulit untuk berkonsentrasi dan seakan tidak lagi memiliki gairah untuk menyelesaikan pekerjaanmu di kantor. Sampai-sampai pekerjaan yang sebetulnya cukup sederhana, jadi terasa amat berat untuk diselesaikan. Sayangnya kondisi ini justru sering kali luput dari perhatian kita.
Penyebab Burnout Syndrome
Penyebabnya beragam, mulai dari beban kerja yang begitu berat, lingkungan kerja yang toxic, jam kerja yang berlebih, kurang dihargai atasan, hingga pekerjaan yang dirasa amat monoton dan membosankan.
Ciri-ciri Burnout Syndrome
Ada beberapa ciri utama yang menandakan bahwa seseorang tengah mengalami burnout syndrome, yakni:
1. Hilangnya semangat untuk bekerja
Saat kita melakukan suatu pekerjaan dengan sepenuh hati, biasanya kita akan merasa lebih mudah untuk menyelesaikannya. Namun sebaliknya, saat tak ada lagi semangat untuk bekerja, menyelesaikan sebuah pekerjaan yang paling sederhana sekalipun seakan menguras begitu banyak energi yang membuat kita justru kelelahan. Hilangnya gairah atau semangat untuk bekerja menjadi salah satu ciri utama bahwa kita tengah mengalami burnout syndrome.
2. Enggan untuk beranjak dari tempat tidur
Orang-orang yang mencintai pekerjaannya umumnya akan bangun lebih awal untuk mandi dan bersiap-siap. Bahkan tanpa perlu memasang alarm, mereka akan segera bangun dari tempat tidurnya di waktu yang sama setiap harinya. Sebaliknya, mereka yang mengalami burnout umumnya justru enggan untuk bangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Sebab bagi mereka, pergi ke kantor untuk bekerja akan menjadi hari yang sangat panjang dan begitu melelahkan yang sebisa mungkin harus mereka hindari.
3. Merasa tidak berguna
Mereka yang ada di fase burnout biasanya juga akan menganggap diri mereka tidak berguna. Alhasil, mereka akan mulai merasa frustasi dan tertekan hingga sulit untuk berkonsentrasi saat bekerja. Puncaknya mereka akan mulai menganggap pekerjaan tersebut sebagai sebuah beban yang rasanya ingin segera mereka tinggalkan. Dan jika tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin kalau hal ini justru akan memicu timbulnya depresi berkepanjangan yang akan berdampak serius pada kesejahteraan emosional di diri orang tersebut.
4. Mudah marah
Jika ada diantara kamu yang mudah emosi dan uring-uringan saat pekerjaan yang dilakukan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Maka bisa jadi, kamu tengah mengalami burnout syndrome. Yap, mereka yang mengalami burnout akan lebih sensitif dan mudah marah terutama saat menghadapi pekerjaan yang menumpuk dan tidak kunjung selesai.
5. Cenderung tertutup dengan rekan kerja
Meski tidak memiliki kepribadian introvert, mereka yang ada di fase burnout umumnya akan cenderung tertutup dan menarik diri dari lingkungan kerja. Hal ini karena bagi mereka pekerjaan merupakan sebuah beban. Dan bersosialisasi dengan rekan kerja sama artinya dengan menambah beban. Maka sebisa mungkin, mereka akan mulai menjauhi orang-orang yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
6. Sering sakit kepala
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Herbert Freudenberger, Psikolog asal Amerika Serikat yang pertama kali mencetuskan konsep burnout pada tahun 1974. Tension headache atau sakit kepala yang menyebabkan tegang hingga ke daerah sekitar leher juga merupakan ciri fisik dari burnout syndrome.
7. Jadi mudah sakit
Stres yang berkepanjangan ditempat kerja bukan tidak mungkin akan menurunkan daya tahan tubuh seseorang. Akibatnya, seseorang akan lebih mudah sakit, baik secara fisik maupun mental. Misalnya mudah terserang flu dan diare hingga dalam kondisi yang cukup parah mampu memicu timbulnya gangguan tidur dan kecemasan.
Cara Mengatasi Burnout Syndrome
Kabar baiknya, burnout syndrome sejatinya dapat diatasi. Berikut, beberapa cara mengatasi burnout syndrome yang bisa kamu coba.
1. Utamakan work-life balance
Kebanyakan mereka yang terjebak burnout syndrome adalah mereka yang sering lembur dan jarang mengambil jatah libur. Bahkan alih-alih menikmati liburan akhir pekan, kebanyakan dari mereka lebih suka tetap bekerja untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Tak ada yang salah memang, namun jika dilakukan secara terus menerus, kamu akan lebih beresiko terkena burnout syndrome. Hindari jam kerja berlebih, utamanya diakhir pekan. Gunakan untuk bersantai dengan keluarga atau sesekali pergi berlibur untuk menjernihkan pikiran. Hal ini akan membantumu tetap waras dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik di tempat kerja.
2. Buat skala prioritas
Bagi kamu yang memiliki begitu banyak deadline pekerjaan, kamu mungkin bisa mulai membuat skala prioritas. Tentukan mana yang lebih penting dan harus dikerjakan lebih dulu. Dengan begitu, kamu bisa lebih fokus menyelesaikan sebuah pekerjaan sebelum beralih ke pekerjaan lainnya. Ingat, kamu bukan robot atau superhero yang bisa mengerjakan semua hal dalam satu waktu bersamaan. Simpan energimu untuk hal-hal yang memang cukup penting.
3. Kurangi ekspektasi
Kadangkala penting untuk bersikap realistis. Jika ekspektasimu terhadap suatu hal dirasa terlalu tinggi, mulailah untuk menurunkan egomu. Hal ini akan membantumu terbebas dari rasa cemas yang tidak perlu.
4. Belajar menghargai diri sendiri
Selain mengambil waktu liburan, hal lain yang bisa kamu lakukan untuk menghargai diri sendiri adalah dengan mengapresiasi setiap pencapaian kecil yang berhasil kamu raih. Hal ini akan membuatmu lebih termotivasi.
5. Cari teman untuk bercerita
Kadangkala kamu perlu meluapkan semua emosi yang kamu rasakan dengan menceritakannya pada seseorang. Carilah seorang teman yang mampu menjadi pendengar yang baik. Meski temanmu mungkin tidak dapat memberikan solusi atau jalan keluar atas masalahmu, minimal dengan menceritakannya kamu bisa melepaskan emosi tersebut dan merasakan kelegaan.
6. Ubah gaya hidup
Pernah dengar istilah slow living? Ditengah kehidupan yang serba cepat dan acapkali mengurasi energi slow living dapat membantumu lebih santai namun tetap produktif. Kamu bisa mengambil waktu istirahat sebentar ditengah berbagai kesibukan yang begitu menyita waktu.
Menerapkan gaya hidup sehat juga akan membantumu lebih fokus dan tidak mudah stres di tempat kerja, mulailah dengan rutin berolahraga dan istirahat yang cukup dimalam hari, perbanyak makanan bergizi dan kurangi berbagai kebiasaan buruk yang masih kamu lakukan, misalnya merokok atau mengonsumsi alkohol.
Terakhir, jangan biarkan tuntutan pekerjaan menyita seluruh waktu berhargamu. Ingat, kesejahteraan fisik, mental dan emosionalmu juga sama pentingnya untuk diperjuangkan. Percuma bukan, memiliki gaji yang fantastis namun terus menerus tertekan karena deadline pekerjaan. Yap, adakalanya kita perlu memilih untuk melepaskan hal-hal tertentu yang dapat merenggut sukacita hidup. Termasuk, penghasilan tambahan dari kerja lembur jika memang diperlukan. Jika berbagai cara diatas masih belum dapat membantumu terbebas dari burnout syndrome, segera konsultasikan hal ini pada seorang Psikolog atau Psikiater untuk mendapatkan penanganan dan saran medis yang tepat. Pertimbangkan juga untuk mencari tempat kerja yang baru.
Comments