Selama ini, kita mengenal diabetes sebagai penyakit yang identik dialami oleh para lansia atau mereka yang sudah berusia lanjut. Sebab kondisi ini umumnya memang terjadi karena menurunnya fungsi organ tubuh, utamanya pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam tubuh. Itu mengapa, kaum lansia jauh lebih berisiko menderita diabetes. Namun, bagaimana dengan mereka yang masih berada di usia muda? Sejatinya, diabetes dapat menyerang siapa saja, termasuk anak-anak dan remaja. Karena jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu misalnya, terjadi peningkatan yang cukup signifikan direntang usia 0 - 18 tahun. Bahkan dari data terakhir yang dirilis oleh Ikatan Dokter Anak di Indonesia (IDAI), jumlah anak-anak hingga remaja yang menderita diabetes meningkat hingga 70 kali lipat. Data yang tentu saja amat mencengangkan. Namun, apa penyebabnya?
Penyebab Diabetes Pada Anak dan Remaja
Diabetes sendiri dibagi menjadi dua, yakni diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Ada memang yang disebut dengan diabetes gestasional, namun karena jenis diabetes yang satu ini hanya terjadi saat kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan, maka kita hanya akan fokus membahas 2 jenis diabates yang pertama tadi.
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 umumnya terjadi karena faktor genetik atau kelainan autoimun yang menyebabkan produksi hormon insulin dalam tubuh tidak optimal. Akibatnya, karena tubuh hanya menghasilkan sedikit horrmon insulin atau bahkan tidak sama sekali maka kadar gula darah akan terus meningkat.
Diabetes tipe 2
Sementara diabetes tipe 2, umumya terjadi karena faktor gaya hidup yang buruk. Seperti jarang berolahraga, gemar mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi gula, hingga kegemukan atau obesitas.
Di Indonesia sendiri, diabetes tipe 2 lah yang paling sering dijumpai. Lantas apa saja ciri dan gejalanya?
Ciri dan Gejala Diabetes pada Anak dan Remaja
Setidaknya, ada beberapa ciri dan gejala yang bisa diperhatikan orang tua, seperti:
1. Sering haus dan buang air kecil
Jika anak terlihat sering buang air kecil dan cepat haus, bisa jadi ia menunjukkan ciri atau gejala penyakit diabetes. Sebab pada penderita diabetes, ginjal akan berusaha menyaring dan mengeluarkan glukosa berlebih melalui urine. Dan karena sering buang air kecil, secara otomatis anak juga akan lebih cepat haus.
2. Warna kulit yang menghitam
Biasanya, anak yang menderita diabetes juga akan mengalami kondisi akantosis nigrikans. Yakni perubahan warna kulit menjadi lebih gelap di daerah sekitar leher dan ketiak. Hal ini terjadi karena resistensi insulin didalam tubuh.
3. Cepat lelah
Ciri lainnya adalah anak akan terlihat lebih cepat lelah meski sudah makan dalam porsi yang cukup. Mengapa begitu? karena tubuh kesulitan mengubah gula darah menjadi energi, akibatnya anak akan kekurangan energi dan cepat lelah.
4. Nafsu makan meningkat
Hal ini berkaitan erat dengan poin sebelumnya, yakni kesulitan yang dialami tubuh untuk mengubah gula menjadi energi. Akibatnya tubuh meresponnya dengan rasa lapar yang membuat anak ingin terus makan. Meski begitu, bukannya gemuk, berat badan anak justru akan terlihat menurun. Karena normalnya tubuh membutuhkan pasokan energi dari gula darah itu tadi. Dan jika energi ini tidak terpenuhi maka otot dan simpanan lemak akan terus menyusut.
5. Sering kesemutan
Jika anak sering mengeluh kesemutan, bisa jadi ia mengalami kondisi neuropati diabetik, yakni kesemutan di kaki dan tangan karena rusaknya saraf akibat kadar gula darah yang tinggi.
6. Munculnya gangguan penglihatan
Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menyebabkan saraf mata membengkak. Akbatnya, anak mungkin akan mengalami gangguan penglihatan seperti terasa kabur atau buram.
7. Muncul luka atau infeksi yang sulit sembuh
Kadar gula darah yang tinggi dapat menghambat proses penyembuhan luka atau infeksi. Maka jika anak mengalami luka atau infeksi tertentu dan proses penyebuhannya terlihat cukup lama. Orang tua perlu segera mengonsultasikan hal ini pada dokter. Karena ditakutkan anak menderita diabetes tanpa disadari.
Namun, diabetes tipe 2 sejatinya dapat dicegah
Mencegah Terjadinya Diabetes Pada Anak dan Remaja
1. Ajak anak berolahraga
Bersyukurlah jika anak gemar bermain bola atau aktif bergerak, karena tanpa sadar hal ini akan menghindarkan mereka dari risiko penyakit diabetes. Namun bagaimana jika anak malas berolahrga dan jarang gerak? Maka tugas kitalah untuk mengajak mereka berolahraga. Mulailah dengan jenis olahraga yang menyenangkan seperti mengajak mereka bersepeda bareng atau berenang bareng. Hingga perlahan kebiasaan untuk berolahraga mulai muncul dalam diri anak. Dan jika anak mungkin mulai menyukai jenis olahraga lain, dukung apapun olahraga yang digemarinya. Sebab olahraga merupakan cara termurah untuk meningkatkan produksi hormon insulin yang bertugas mengatur kadar gula darah.
2. Hindarkan anak dari konsumsi gula berlebih
Anak-anak paling gemar mengonsumsi makanan atau minuman manis. Sesekali hal ini sah-sah saja untuk dituruti namun jangan lantas kebablasan membiarkan anak terus mengonsumsi makanan atau minuman manis. Es teh solo misalnya, hari-hari ini kita dapat dengan mudah menemukan gerobak es teh solo dihampir seluruh sudut jalan. Dan jika kamu perhatikan, pembeli es teh solo umumnya di dominasi oleh anak-anak dan remaja yang baru pulang sekolah. Nah, untuk menghindarkan anak dari kebiasaan ini, kamu bisa membekalinya dengan sebotol air mineral misalnya saat ia hendak berangkat ke sekolah.
3. Menjauhkan anak dan remaja dari kebiasaan merokok
Jika ingin anak-anak kita tidak merokok, maka kita sendirilah yang harus mulai menunjukkan komitmen itu pada mereka. Karena anak-anak dan remaja umumnya gemar mencontoh apa yang mereka sering lihat. Saat mereka melihat ayah mereka merokok misalnya, mereka mungkin akan memiliki keinginan yang jauh lebih besar untuk ikut mencobanya. Maka sebagai orang tua, jadilah contoh dan teladan yang baik misalnya dengan tidak merokok. Karena angka perokok aktif yang berasal dari usia anak hingga remaja terbilang cukup tinggi, yakni mencapai 7,4% dari total perokok aktif di Indonesia. Padahal para perokok aktif memiliki risiko 44% lebih besar untuk menderita diabetes ketimbang mereka yang bukan perokok.
Kenali gejala diabetes pada anak sedini mungkin, karena penyakit diabetes yang terjadi pada usia anak dan remaja justru lebih berbahaya ketimbang diabetes yang terjadi pada usia senja. Kenalkan anak pada gaya hidup sehat agar mereka dapat terhindari dari sejumlah komplikasi berat yang diakibatkan oleh diabetes dikemudian hari.
Comments