Kamu tentu pernah menjumpai beberapa anak dengan perawakan yang terlihat jauh lebih kecil dari pada anak lain seusianya. Mungkinkah itu tinggi badannya yang tidak setinggi anak lain, atau bobot tubuhnya yang mungkin terlihat jauh lebih ringan dari pada teman-temannya. Kebanyakan dari kita akan langsung berpikir bahwa hal semacam itu kemungkinan besar terjadi karena faktor genetik si anak, yang diturunkan oleh orang tuanya yang memang tidak memiliki perawakan yang cukup besar. Namun, dalam dunia medis kondisi semacam ini sebetulnya dikenal dengan istilah growth faltering atau ada juga yang menyebutnya weight faltering. Growth faltering sendiri merupakan kondisi dimana pertumbuhan anak mengalami perlambatan yang menyebabkan berat badan dan tinggi badan anak berada dibawah standar yang sudah ditetapkan oleh Kemenkes RI dan WHO. Di Indonesia sendiri ada satu acuan yang biasa digunakan untuk mengukur apakah anak mengalami growth faltering atau tidak yakni dengan mengukurnya dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Lengkapnya bisa kalian lihat pada tabel dibawah ini:
Program Pemerintah untuk Menurunkan Angka Stunting
Salah satu hal yang paling di prioritaskan oleh Bapak Prabowo saat mulai menjabat sebagai Presiden RI ke-8 adalah untuk menurunkan angka stunting. Belakangan, istilah ini sudah mulai akrab ditelinga kita. Secara garis besar kita tahu bahwa stunting terjadi karena kurang gizi. Dan hal inilah yang kemudian mendorong pemerintah pusat untuk membuat program makan bergizi gratis untuk para pelajar yang rencananya akan mulai diberikan diawal tahun mendatang. Bahkan saya sempat mendengar bahwa Pemda DKI juga akan memberlakukan program sarapan pagi gratis supaya para pelajar Jakarta tak hanya akan mendapatkan makan siang gratis melainkan juga sarapan pagi gratis. Hal ini diharapkan mampu memperbaiki gizi anak-anak kita sekaligus menurunkan angka stunting.
Peran Posyandu Untuk Mengatasi Growth Faltering
Namun yang seringkali luput dari perhatian kita adalah bahwa stunting sebetulnya berkaitan erat dengan growth faltering. Sebab anak-anak yang mengalami kondisi growth faltering memiliki risiko yang jauh lebih besar untuk mengalami gangguan pertumbuhan akibat kurang gizi alias stunting. Maka selain memberikan makan siang gratis, hal lain yang perlu dilakukan pemerintah sejatinya adalah dengan terus menggalakkan kegiatan posyandu. Sebab dari sinilah pemerintah dapat mengedukasi ibu hamil untuk mulai mencukupi nutrisi kehamilannya, serta memantau pertumbuhan anak untuk mendeteksi adanya growth faltering, hingga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memberikan makanan sehat bagi balita dan bukannya makanan instant seperti "bubur seduh" atau daging olahan.
Gejala Growth Faltering Pada Anak
Growth Faltering sebetulnya dapat dengan mudah dideteksi oleh para orang tua tanpa perlu melalui pengecekan medis tertentu. Beberapa gejalanya, antara lain:
1. Anak terlihat lebih pendek dari pada teman-teman seusianya.
2. Berat badan anak juga jauh lebih ringan.
3. Rambut anak terlihat lebih tipis.
4. Anak terlihat lebih kurus terutama dibagian lengan atas, bokong dan paha.
5. Kurangnya nafsu makan anak.
6. Terlambat tengkurap, berguling, duduk, berdiri, atau berjalan.
7. Terlambat berbicara.
8. Mudah lelah saat bermain.
Lantas bagaimana cara mengatasinya?
Mencegah Growth Faltering Pada Anak
Kata orang, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Maka sebelum kita lebih jauh membahas cara mengatasi growth faltering pada anak, ada baiknya untuk kita lebih dulu membahas langkah-langkah untuk mencegahnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah growth faltering pada anak, antara lain:
1. Rajin Membawa Anak ke Posyandu
Tentu, banyak dari orang tua yang kadangkala merasa malas untuk membawa putera-puteri mereka ke posyandu untuk melakukan penimbangan. Tak masalah sebetulnya, jika orang tua dapat terus memantau kenaikan berat badan bayi secara mandiri. Namun jika tidak, rajin membawa anak ke posyandu dapat menjadi salah catu cara terbaik untuk mencegah terjadinya growth faltering pada anak. Sebab di posyandu petugas akan melakukan pencatatan kenaikan berat badan di buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Dan dari sini orang tua dapat ikut memantau pertumbuhan anak-anak mereka.
2. Berkonsultasi dengan ahli gizi
Jika anak cenderung susah makan dan malas menyusu, ada baiknya untuk mengkonsultasikan hal ini dengan dokter spesialis anak, ahli gizi klinis hingga ahli laktasi. Merekalah yang nantinya akan menganalisa dan memberikan saran medis pada orang tua.
Mengatasi Growth Faltering Pada Anak
Namun jika anak terlanjur mengalami growth faltering, maka beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua, antara lain adalah:
1. Pemberian ASI Eksklusif Hingga Usia 2 Tahun
Sebagian dari kamu mungkin bertanya-tanya, mengapa pemberian ASI eksklusif hingga usia 2 tahun menjadi sedemikian penting? Banyak studi mendapati, bayi yang menyusu langsung pada ibunya hingga usia 2 tahun ternyata memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menyukai makanan sehat seperti sayur dan buah. Bayi yang menerima ASI eksklusif hingga usia 2 tahun bahkan cenderung tidak menyukai makanan manis atau olahan. Yang mana kecenderungan ini sekaligus akan menghindarkan bayi dari risiko terjadinya obesitas pada anak.
2. Buatkan MPASI Sendiri Untuk Anak
Memasuki usia 6 bulan, orang tua dianjurkan untuk mulai memberikan MPASI pada anak. Sayangnya, kebanyakan orang tua lebih suka memberikan MPASI instant pada anak-anak mereka ketimbang membuatkannya sendiri. Padahal menu MPASI alami seperti buah dan sayur, kacang-kacangan, hingga daging giling dimaksudkan agar nantinya anak bisa beradaptasi dengan makanan keluarga. Sehingga saat anak mulai makan nasi, ia bisa lebih cepat beradaptasi dengan lauk pauk yang diberikan oleh orang tuanya. Selain itu, pemberian MPASI berupa daging dan kacang-kacangan seperti tahu, tempe, dll sebetulnya dimaksudkan untuk memperkenalkan anak pada jenis makanan alergenik supaya tubuh anak tidak meresponnya sebagai sebuah ancaman.
3. Memberikan PediaSure Classic Milky Sebagai Nutrisi Tambahan Untuk Anak
Memasuki usia 2 tahun, orang tua bisa mulai memberikan PediaSure Classic Milky dari Abbott sebagai nutrisi tambahan. Mengapa harus PediaSure Classic Milky? PediaSure Classic Milky diformulasikan khusus dengan 42% sukrosa lebih rendah dibandingkan susu formula lain dengan rasa yang enak namun tidak manis. PediaSure Classic Milky juga mengandung kalsium dan protein yang dapat membantu pertumbuhan tulang anak, Bahkan ada pula kandungan Vitamin K2 dan Arginin yang mampu mendukung kekuatan tulang dan mempercepat pertumbuhan si kecil. PediaSure Classic Milky dapat diberikan 2 kali sehari hingga anak berusia 10 tahun.
Yang terpenting sebetulnya adalah menghindari tindakan memaksa. Jika anak sudah kenyang, tak perlu memaksanya untuk menghabiskan makanan. Karena hal ini justru dikhawatirkan akan membuat anak kurang sensitif pada rasa lapar dikemudian hari, yang mungkin saja justru akan memperburuk kondisi growth faltering-nya. Orang tua dapat menyiasati hal ini dengan membagi porsi makan anak menjadi lebih kecil namun sering. Variasikan juga makanan yang diberikan agar anak mulai penasaran dengan makanan baru yang ia lihat dan ingin mencobanya. Dan jangan lupa batasi agar anak tidak terlalu banyak minum saat sedang makan, karena hal ini justru membuat anak cepat kenyang. Mari kita dukung dan sukseskan program pemerintah untuk menurunkan angka stunting dengan terus memantau pertumbuhan putera puteri kita.
Comments