Vaksinasi Covid-19: Pengertian, Manfaat, Jenis, Hingga Efek Sampingnya


Setiap kita rasanya sudah tak asing lagi dengan istilah vaksin. Hal ini karena dalam rentang waktu setahun terakhir, pemberian vaksin menjadi salah satu agenda utama pemerintah untuk memerangi bahaya Covid-19. Dengan vaksinasi, masyarakat diharapkan dapat lebih cepat mencapai herd immunity atau kekebalan komunal. Sehingga andaikata pun sampai tertular, tak ada gejala berat yang harus dirasakan. Pemberian vaksin Covid-19 juga menjadi upaya pemerintah untuk menurunkan positivity rate serta angka kematian akibat pandemi corona yang telah berlangsung selama kurang lebih 2 tahun ini.


Berbagai jenis vaksin Covid-19 dan efek sampingnya



Di Indonesia sendiri, ada 4 jenis vaksin Covid-19 yang paling banyak digunakan. Yakni Sinovac, AstraZeneca, Pfizer-BioNTech dan Moderna. Dimana Pfizer dan Moderna diyakini memiliki efikasi yang jauh lebih tinggi dari pada Sinovac maupun AstraZeneca. Lantas apa sebetulnya perbedaan dari keempat jenis vaksin tersebut? Dan mengapa efek samping yang ditimbulkan dapat berbeda-beda? Sebelum lebih jauh membahas efek vaksin. Kita perlu tahu dulu bahwa vaksin Sinovac dibuat menggunakan virus yang telah mati, AstraZeneca dibuat dengan Adenovirus alias virus yang telah dilemahkan, sementara Pfizer dan Moderna dibuat dengan teknologi mRNA alias materi genetik yang direkayasa menyerupai virus corona. Itulah mengapa keempat jenis vaksin tersebut terlihat menunjukkan efek samping yang berbeda-beda kepada para penerimanya. 


Penerima vaksin Sinovac umumnya hanya mengalami beberapa gejala ringan seperti lapar atau mengantuk. Sementara penerima vaksin AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna kebanyakan juga mengalami gejala lain seperti demam, nyeri, hingga rasa lelah selama beberapa hari pasca vaksinasi. Dimana gejala tersebut sejatinya merupakan respon alamiah tubuh yang sama sekali tidak berbahaya. Kendati demikian, mereka yang memiliki daya tahan tubuh cukup baik, biasanya justru tidak merasakan efek samping apapun. 


Lantas bagaimana dengan efek samping vaksin booster


Vaksin booster dan efek sampingnya


Berbeda dengan vaksinasi dosis pertama dan kedua yang hanya dapat diberikan dengan metode Homolog alias vaksin yang sama. Untuk vaksin booster, WHO justru menganjurkan pemberian vaksin dengan metode Heterolog. Atau pemberian jenis vaksin yang berbeda dari dosis pertama dan kedua. Mereka yang menerima dosis 1 & 2 Sinovac misalnya, justru dianjurkan untuk menggunakan AstraZeneca maupun Pfizer sebagai booster atau dosis lanjutan. Begitupula dengan mereka yang menerima AstraZeneca sebagai dosis primer, juga dianjurkan untuk menggunakan Moderna sebagai dosis lanjutan. 


Efek vaksin booster sendiri bisa dikatakan cukup beragam. Sebagai penerima booster AstraZeneca, beberapa efek samping yang sempat saya alami antara lain: rasa haus yang luar biasa, bengkak di area suntikan, serta rasa aneh pada tubuh dihari kedua pasca vaksinasi. Sementara penerima booster Pfizer mengeluhkan efek samping yang nyaris sama, yakni mengantuk, bengkak atau nyeri diarea suntikan, serta rasa aneh pada tubuh. Rasa aneh disini dapat digambarkan seperti sedang sakit, namun tidak sakit atau seperti meriang namun tidak meriang. 


Para penerima vaksin booster juga akan diminta untuk tidak bepergian keluar kota selama 12 hari. Karena menurut nakes yang bertugas, antibodi dari dosis lanjutan yang diberikan baru akan terbentuk setelah 12 hari pasca vaksinasi. 


Tahapan vaksinasi booster



Tahapannya pun nyaris sama dengan vaksinasi dosis pertama dan kedua, yakni pengecekan riwayat kesehatan serta pengecekan suhu dan tensi darah sebelum menerima vaksin. Serta observasi selama 10 menit setelah menerima vaksin. 


Pengganti vaksin untuk anak yang berusia dibawah 12 tahun



Sayangnya, untuk saat ini pemberian vaksin, baik dosis primer maupun dosis lanjutan hanya dapat diberikan pada mereka yang telah berusia minimal 12 tahun. Di Indonesia sendiri, hanya sebagian kecil anak-anak berusia dibawah 12 tahun yang telah menerima vaksinasi. Hal ini karena berbagai pertimbangan yang memang masih perlu dikaji lebih jauh. Maka salah satu cara terbaik untuk melindungi anak-anak kita dari paparan virus corona adalah dengan menjaga daya tahan tubuhnya. Baik dengan memberikan makanan bergizi serta nutrisi tambahan seperti Pediasure maupun dengan mengajak mereka aktif bergerak dan cukup istirahat. Dan yang tak kalah penting, terus ajari mereka kebiasaan baik untuk selalu mematuhi berbagai protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan, menggunakan masker saat bepergian, menjaga jarak saat disekolah, serta sebisa mungkin menghindari kerumunan. Dengan begitu, mereka tetap dapat terlindung dari paparan virus corona.

Related Posts

Load comments

Comments