Home Gaya Hidup

Kekurangan Remote Work yang Sering Terabaikan dan Cara Mengatasinya - EF EFEKTA English for Adults


Bekerja dari rumah atau remote work kini menjadi tren global, terutama setelah perubahan gaya kerja modern. Meskipun memiliki banyak keuntungan, sistem ini juga memiliki sisi negatif yang sering terabaikan. Memahami kekurangan remote work penting agar karyawan tetap produktif dan perusahaan tetap berjalan efektif.

Berbagai Kekurangan Kerja dari Rumah (Remote Work)

Setidaknya, ada 6 tantangan utama dari remote work yang sering dihadapi oleh para pekerja di seluruh dunia yakni:

1. Kurangnya Interaksi Sosial

Bekerja dari rumah membuat karyawan kehilangan interaksi langsung dengan rekan kerja. Ketika kamu bekerja dari rumah, interaksi tatap muka dengan rekan kerja akan berkurang secara drastis. Alih-alih berbincang santai di kantin saat jam istirahat atau berbagi cerita di depan meja kerja, kamu hanya bisa bertemu melalui layar komputer di dalam meeting yang terjadwal.

Menurut laporan dari Buffer Remote Work Report tahun 2023, sekitar 23% pekerja remote mengalami kesepian karena selama ini mereka mengandalkan energi dan interaksi sosial dengan rekan kerja untuk tetap termotivasi. Rasa isolasi ini bukan sekadar perasaan tidak nyaman, riset dari National Center for Biotechnology Information menunjukkan bahwa kesepian yang berkepanjangan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang lebih serius, termasuk depresi dan gangguan kepribadian.

Bayangkan, kamu menghabiskan 8 jam sehari di rumah dengan view yang sama, tanpa teman sekantor yang bisa diajak ngobrol. Tentu, lama-kelamaan hal ini bisa membuat mood dan motivasi kerjamu menurun signifikan.

2. Kesulitan Memisahkan Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi

Banyak orang merasa sulit menetapkan batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi ketika berada di rumah. Ketika kantor terletak di rumahmu sendiri, garis pemisah antara work mode dan personal time menjadi sangat tipis, bahkan hilang sama sekali.

Penelitian dari PMC menunjukkan bahwa pekerja remote sering kesulitan membuat batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang kemudian justru menghasilkan jam kerja yang lebih panjang dan risiko burnout yang meningkat. Bayangkan, komputer dirumahmu jadi ON setiap saat, email terus masuk, dan atasan bisa menghubungi kapan saja. Tidak heran jika banyak pekerja remote merasa seperti "selalu bekerja" tanpa pernah benar-benar bisa lepas dari pekerjaan.

Fenomena ini disebut "always-on culture" dan bisa menyebabkan kelelahan emosional yang serius. Riset Gallup terbaru menunjukkan bahwa pekerja fully remote lebih mungkin mengalami stres tinggi (45%) dibandingkan dengan pekerja kantor tradisional (38-39%).

3. Ketidakstabilan Koneksi Internet

Koneksi internet yang lambat, perangkat yang tidak memadai, atau peralatan kerja yang tidak supported adalah masalah nyata yang dihadapi banyak pekerja remote. Apalagi jika pekerjaan kamu membutuhkan koneksi untuk video call berkualitas tinggi, akses ke sistem perusahaan yang berat, atau upload-download file berukuran besar.

Masalah ini semakin parah bagi pekerja Indonesia yang tinggal di area dengan koneksi internet yang belum optimal. Selain itu, biaya internet yang diperlukan untuk mendapatkan koneksi yang stabil bisa menjadi beban tambahan bagi pekerja. Terutama jika perusahaan tidak memberikan allowance untuk itu.

4. Komunikasi yang Terbatas

Ketika bekerja di kantor, kamu bisa dengan cepat memanggil rekan kerja, menunjukkan sesuatu secara langsung pada atasan, dan melihat mimik muka mereka untuk memahami apakah mereka paham atau bingung. Tapi di remote work, semua interaksi ini harus difasilitasi melalui teknologi seperti: email, chat, atau video call. Ini menghilangkan nuansa komunikasi dan sinyal non-verbal yang penting.

Riset menunjukkan bahwa komunikasi yang tidak efektif tanpa sinyal non-verbal ini adalah salah satu hambatan terbesar dalam remote work yang membatasi kolaborasi dan inovasi. Alhasil, banyak pekerjaan yang seharusnya cukup sederhana dan bisa selesai dengan cepat justru menjadi berlarut-larut tak kunjung selesai karena adanya kesalahpahaman atau kurangnya koordinasi.

5. Manajemen Waktu yang Sangat Sulit Diterapkan

Meski remote work menawarkan fleksibilitas, kenyataannya banyak pekerja justru kesulitan mengelola waktu mereka dengan baik. Ini adalah kekurangan remote work yang paradoks. Selama ini kita berpikir, kalau kerja dari rumah seharusnya akan jadi lebih mudah, tapi faktanya yang terjadi justru sebaliknya.

Tanpa pengawasan langsung dari atasan dan tanpa struktur kantor yang ketat, beberapa pekerja remote merasa sulit untuk menjaga disiplin. Gangguan dari keluarga, media sosial, pekerjaan rumah tangga, bahkan Netflix. Semuanya bisa dengan mudah "mengambil alih" waktu kerjamu. Penelitian menunjukkan bahwa jadwal kerja yang tidak teratur dan fokus pikiran yang terpecah dengan masalah rumah adalah masalah utama yang mengurangi produktivitas.

Lebih lanjut lagi, banyak pekerja remote yang mengalami penurunan motivasi karena lingkungan kerja yang terlalu santai dan familiar. Ketika sofa dan tempat tidur ada di dekatmu, motivasi untuk bekerja bisa langsung menguap.

6. Stress Tinggi, Emotional Exhaustion, dan Masalah Kesehatan Mental

Mungkin ini adalah kekurangan remote work yang paling serius dari sisi kesejahteraan personalmu. Meskipun remote work seharusnya mengurangi stres dengan menghilangkan commuting dan memberikan fleksibilitas, kenyataannya banyak pekerja remote mengalami mental health issues yang lebih serius.

Penelitian dari Gallup menunjukkan bahwa pekerja fully remote lebih mungkin mengalami stres tinggi (45%) dan mengalami emotional exhaustion dibandingkan pekerja hybrid atau on-site. Selain itu, pekerja remote juga lebih mungkin melaporkan perasaan marah, sedih, dan kesepian.

Studi dari National Center for Biotechnology Information menemukan bahwa kesulitan mengelola emosi dan kesepian yang dialami pekerja remote secara signifikan terkait dengan gejala depresi, kecemasan, dan stress. Lebih lanjut lagi, stress dan emotional exhaustion yang tinggi dapat mengurangi produktivitas kerja dan meningkatkan risiko burnout.

Lantas, bagaimana cara mengatasi semua tantangan diatas?




  • Tetapkan jadwal kerja dan area khusus untuk bekerja agar batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi lebih jelas.
  • Kalau memungkinkan, cobalah bekerja di coworking space atau kafe sesekali untuk berinteraksi dengan orang lain
  • Minta atasan untuk mengadakan offsite atau pertemuan tatap muka sesekali.
  • Tentukan jam kerja yang jelas dan patuhi itu, jangan cek email setelah jam kerja berakhir
  • Buat ruang kerja terpisah di rumah, sejauh mungkin dari kamar tidur atau area istirahat
  • Gunakan teknik "shutdown ritual" yakni tutup laptop, ubah baju, dan lakukan aktivitas yang menandai transisi dari kerja ke personal time
  • Komunikasikan boundaries kamu dengan atasan dan tim agar mereka tahu kapan kamu bisa dihubungi dan kapan kamu off
  • Matikan notifikasi media sosial saat jam kerja, atau gunakan extension seperti Freedom atau Cold Turkey untuk memblokir website yang mengganggu
  • Gunakan teknologi komunikasi seperti video call, chat, atau project management tools untuk menjaga kolaborasi tim.
  • Komunikasikan dengan perusahaan tentang kebutuhan internet dan spesifikasi device yang dibutuhkan, banyak perusahaan yang bersedia menyediakan allowance atau reimbursement
  • Tetapkan prioritas dan target harian agar tetap produktif meski bekerja dari rumah.
  • Mintalah dukungan dan feedback secara rutin dari atasan atau rekan kerja untuk menjaga motivasi.

Kesimpulan

Meskipun remote work menawarkan fleksibilitas dan kenyamanan, ada sejumlah kekurangan remote work yang perlu diwaspadai, seperti isolasi sosial, gangguan, dan tantangan komunikasi. Namun dengan strategi yang tepat, kekurangan ini dapat diminimalkan sehingga produktivitas dan kesejahteraan tetap terjaga.


Ingin lebih percaya diri berkomunikasi dan bekerja secara profesional dalam lingkungan internasional? Tingkatkan kemampuan bahasa Inggrismu bersama EF EFEKTA English for Adults. Bergabunglah sekarang juga dan kembangkan skill komunikasi untuk mendukung karier dan pengembangan dirimu!

Blogger Serabutan
Dear GOD, Thank you so much for all Your stupid blessing to stupid people like me :)
You might also like...
Komentar
Additional JS